Lanjut ke konten

ARTIKEL

Beternak Sapi Tanpa Rumput

Memadukan antara tanaman dan ternak menjadi model pertanian. Konsep terpadu
(integrated system) tadi banyak menggunakan jenis komoditinya, tapi yang cukup populer
belakangan adalah perpaduan kebun kelapa sawit dengan peternakan. Pada era ini ternak
sapi tanpa rumput.
Sebenarnya system beternak demikian bukan tidak menggunakan hijauan rumput, tapi
dalam jumlah minimal, rumput bukan lagi merupakan pakan utama. Mengapa begitu?
Umumnya kebunan sawit ketersediaan hijauan ini tidak begitu banyak alat transportasi .
Limbah-limbah perkebunan dan pengolahan sawit dan temyata, dari hasil pangalaman
yang dikembangkan oIeh DR. Ir. I. Wayan Mathius, M.Si, APU, Peneliti di Balai Peneliti
Ternak Bogor pakan limbah kelapa sawit ini cukup bagus menunjang peningkatan berat
badan sapi.
Wayan bahkan menyebut dengan menggunakan cara ini, “Ketergantungan terhadap
hijauan dapat diatasi, kita malahan dapat beternak sapi tanpa rumput. Bahan-bahan yang
dapat digunakan, katanya mulai dari pelepah kelapa sawit sebagai salah satu bahan pakan
hijauan altematif (sumber serat), hasil ikutan pengolahan buh sawit, seperti lumpur sawit,
serat perasan, buah inti dan tandan kosong. Sebagai limbah industri kelapa sawit, kualitas
nutrien bahan tersebut cukup rendah, dan oleh karena itu dalam pemanfaatannya perlu
mendapat perhatian khusus, Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal dibutuhkan
sentuhan teknologi atau diolah sebelum dapat digunakan sebagai bahan pakan.
Perpaduan ternak sawit yang paling berhasil ini dapat dilihat di Agricinal di Bengkulu
untuk setiap pohon dapat menghasilkan 22 pelepah pertahun dengan rataan bobot pelepah
perbatang mencapai 7 kg. Jumlah ini setara dengan 20.000 kg (22 pelepah x 130 pohon x
7 kg) pelepah segar yang dihasilkan untuk setiap Ha dalam setahun. Jumlah ini diperoleh
dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat dimanfaatkan. Dengan perhitungan itu,
bisa dibayangkan, jika diasumsikan bahwa luasan perkebunan kelapa sawit yang telah
berproduksi dan terdapat di Indonesia adalah 2.014.000 ha (tahun 2000), maka jumlh
bahan kering pelepah yang tersedia untuk dimanfaatkan adalah sejumlah 10.500.996 ton.
(22 pelepah x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar yang dihasilkan untuk setiap ha dalam
setahun. Jumlah ini diperoleh dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat
dimanfaatkan.

(naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

(sumber : SINAR TANI Edisi 8-14 Februari 2006)

27 Komentar leave one →
  1. 19 Januari 2009 4:26 pm

    salam kenal yah pak….
    artikelnya cukup menarik

  2. Sigit aribowo permalink
    14 Februari 2009 12:34 pm

    Artikelnya menarik sekali….saya jadi bisa memberikan advice kepada pelanggan saya…di bengkulu…

    tapi saya masih binggung ….tentang formulasi pakan sapi tuk daerah di bengkulu…?
    mohon bantuannya…
    terimakasih

  3. Suyoko permalink
    12 Maret 2009 1:37 pm

    Salam kenal ya pak, Pak tolong buat artikel yang khusus untuk sapi perah dong. Tks

  4. 12 April 2009 3:51 pm

    salam kenal pak,
    artikelnya bagus2, beberapa saya gunakan untuk literatur tugas2 kuliah, terimakasih ya…..

  5. 14 April 2009 10:31 pm

    @piet
    silahkan…..jika bermanfaat.

  6. romelapas permalink
    4 Juni 2009 5:41 pm

    kira-kira modal yang dibutuhkan untuk beternak sapi agar dapat menguntungkan dan bagaiman cara beternak sapi yang benar terima kasih

  7. 20 Juni 2009 9:52 am

    Secara bertahap tentang hal yang bapak tanyakan akan di postingkan di blog ini, dari analisa usaha, perkandangan, perbibitan dan seterusnya dapat anda download petunjuk teknisnya. Terima kasih.

  8. Julia Kardin permalink
    4 Oktober 2009 11:42 am

    Salam Kenal pak
    Artikelnya bagus pak, Menurut bapak kalau kita kembangkan di Aceh Gmana? gimana konsepnya yang pas….

  9. 20 Desember 2009 11:17 am

    @Julia: Salam kenal juga, terima kasih. Setahu saya di Aceh dengan ribuan hektar sawah yang ada akan menghasilkan sekian banyak jerami yang barangkali jika dibuat silase sebagai sumber pakan ternak sudah lebih dari cukup. Dengan potensi sawah dan jerami sebagai limbahnya sangat strategis dijadikan sentra peternakan. Tergantung dari manajemen, kebijakan, keberpihakan dan dukungan Pemerintah Daerah setempat. Apalagi sekarang ini Gubernurnya juga seorang Dokter Hewan, praktis sempurna potersi yang dimiliki Aceh dalam hal budidaya ternak hewan besar.

  10. Prabawati Sinta permalink
    15 Januari 2010 5:44 pm

    Wah trimakasih skali, artikel.a sngat mnarik dan bgus untuk smber sya dlm mmbuat tgas pwer point di SMA
    Mercy beaucoupp. . .

  11. 15 Januari 2010 6:25 pm

    @Prabawa sinta: Thanks kembali, semoga bermanfaat…

  12. rian pratiwi permalink
    7 Juli 2010 7:33 pm

    saya boleh minta tolong dijelaskan tentang pengertian pakan ternak dan jenisnya

  13. kariadi permalink
    22 Juli 2010 1:18 pm

    jika integrasi dengan kebun sawit dibutuhkan mesin chopper pelepah sawit, dgn harga yg mahal kisaran 18 jt…sngt tidak mungkin diusahakan oleh ternak kecil sbg usaha sampingan saja. tapi utk pemodal besar sangat2 mungkin berhubung ketersediaan pelepah selalu ada, berbeda dgn jerami tergantung musim panen (hrs setok banyak)

  14. 26 Oktober 2010 11:18 am

    @rian pratiwi: kalo ga salah dah sy e-mailkan ya? di blog ini ada juga kok. Klik ->KATEGORI->ILMU PAKAN dan dowload filenya

  15. riki saputra permalink
    30 Oktober 2010 7:39 pm

    pak…saya boleh copy artikel bapak karna ini tugas yg saya cari pak,bahan ini akan saya copy untuk tugas saya,dan saya ingin menerbitkan nya di account saya pak,,,sebelum nya saya ucapkan terima kasih.

  16. 30 Oktober 2010 7:47 pm

    @riki : silahkan asal menyebutkan sumbernya

  17. riki saputra permalink
    30 Oktober 2010 7:50 pm

    oke pak,,terima kasih bapak…

  18. 30 Oktober 2010 8:26 pm

    @Bpk.Kariadi: Setuju. Namun semua permasalah pasti ada solusinya. Kalau saya melihat pemerintah juga tidak menutup mata akan permasalahan yang di hadapi petani. Makanya dalam pembinaannya di buat kelompok tani dan gabungan kelompok tani yang tentunya besar manfaatnya, pemerintah juga mengucurkan program2 yang bersifat solusi, sebagai contoh adalah KUPS, PUAP, UP3HP

  19. kariadi permalink
    12 November 2010 10:26 am

    sistem ini bagus untuk di aplikasi ke peternak yang sudah intensif dan jumlah yg banyak, menurut saya tidak efisien jika di aplikasi ke peternak kecil / sampingan, krn untuk memanfaatkan pelepah sbg nutrisi pengganti hijauan rumput dibutuhkan mesin perajang pelepah dan konsentrat tambahan, yang membutuhkan dana investasi dan biaya produksi….yang besar

  20. 12 November 2010 9:25 pm

    @Bpk.Kariadi: Di satu sisi memang benar. Namun saya pribadi berpandangan dengan pola berkelompok (Kelompok tani Ternak) bisa menjadi solusi. Dengan sistem kandang koloni misalnya beban biaya produksi akan jauh lebih ringan, karena semua biaya akan ditanggung bersama, pengaturan tugas dan piket tiap anggota juga tidak akan membuang banyak waktu kita, penggunaan secara bersama mesin chopper yang harganya hingga 18 jt, dengan kelompok tani ternak yang misalnya berjumlah 10 petani ternak hanya butuh 1,8 jt/anggota. Namun hal tersebut juga tidak terlepas dengan manajemen kelompok.

  21. nia permalink
    26 November 2010 10:41 am

    salam kenal pak, artikelnya cukup menarik, peternak bisa memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai pakan ternak

  22. 28 November 2010 10:51 am

    Terima kasih ya, jadi bertambah wawasan saya..

  23. 28 November 2010 11:20 am

    terimakasi bapak atas info nyaa 🙂

  24. 24 Desember 2010 8:50 pm

    thanks y

  25. 26 Februari 2011 10:08 am

    sistem peternakan tersebut mmg cocok digunakan pada lahan minimal pakan hijauan…salam kenal dari blogger bulukumba

    mampir jg ke blog aku yah sob

    Tips Trik

  26. Desa Pejambon permalink
    17 Februari 2012 11:00 pm

    artikelnya bagus pak dan salam kenal…
    kalo ada artikel yg lain dong?

  27. 12 Mei 2012 9:47 am

    Untuk mencapai gaji setara UMR Kaltim kita harus punya sapi 24 ekor.

Tinggalkan komentar